Halaman Sampul
PROGRAM KERJA
PENGURUS BADAN TA’MIRUL MASJID AT-TAUBAH
Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Gorontalo
Tahun 2020
lp.gorontalo
2020
Hak Penerbit pada lp.gorontalo : Dilarang menggandakan
sebagian atau seluruh isi buku ini Dengan cara apapun termasuk dengan cara
penggunaan mesin Fotocopy tanpa izin sah dari penerbit
Nomor
Register : W.26.PAS.PAS.1.PK.01.05.12-006
Percetakan :
lp.gorontalo_BIMASWAT
Tahun
Terbit : 2020
Desain
Cover : Husin R. Akuba, SE., MM.
Tim Penyusun : Pengurus
Badan Ta’mirul Masjid At-taubah
Validasi
Isi, Konstruk Isi
Keynot Consultative : I Putu Sukohartawan, Amd.IP, SH
Kasdin
Lato, SH
Ismail Mustafa
Kasim Mohungo, S.Sos
Ahli Referensi
Pemasyarakatan : Kepala Lembaga Pemasyarakatan
Gorontalo
Tim Editor dan
Pembukuan : Kasdin Lato, SH
KATA PENGANTAR
Tiada kata yang dapat Tim Peumus untaikan selain ucapan
syukur Alhamdulilah kepada Allah SWT yang telah memberikan nikmat yang begitu
luar biasa. Berkat Rahmat serta Hidayah-Nya Pengurus Badan Ta’mirul Masjid
At-Taubah Lapas Gorontalo dapat menyusun Program Kerja Pengurus Badan Ta’mirul Masjid
At-Taubah Tahun 2019 Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Gorontalo. Shalawat
serta salam senantiasa selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW beserta para
keluarga dan sahabatNya.
Buku Panduan ini
sebagai acuan Pelaksanaan Pembinaan Keagamaan Untuk Warga Binaan Pemasyarakatan
Narapidana Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Gorontalo, dengan segala kerendahan
hati Pengurus Badan Ta’mirul Masjid At-Taubah Lapas Gorontalo ingin mengucapkan
banyak terimakasih kepada pihak-pihak yang telah membantu hingga selesainya
penyusunan Program Kerja Pengurus Badan Ta’mirul Masjid At-Taubah Tahun 2019
Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Gorontalo ini baik secara langsung maupun
tidak langsung.
Pengurus Badan Ta’mirul Masjid At-Taubah Lapas Gorontalo
menyadari bahwa Program Kerja Pengurus Badan Ta’mirul Masjid At-Taubah Tahun 2020
Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Gorontalo ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, Pengurus Badan Ta’mirul Masjid At-Taubah Lapas Gorontalo
mengharapkan kritik dan saran untuk menyempurnakan Buku Panduan ini. Semoga
Buku Panduan ini menjadikan langkah awal Penyelengara untuk mensukseskan
seluruh kegiatan yang direncankan dan diprogramkan selesai dengan baik dan
memberi dampak postif bagi semua pihak. Amin ya Rabbal alamin.
Gorontalo, 31
Desember 2019
Pengurus
Badan Ta’mirul
Masjid
At-Taubah Lapas Gorontalo.
Sekapur Sirih
Bertitik
tolak dari pemahaman Sitem Pemasyarakatan dan penyelenggaraannya, program pembinaan
Warga Binaan Pemasyarakatan di LAPAS ditekankan
pada kegiatan pembinaan Kepribadian dan Kegiatan Kemandirian. Menurut R.
A. Koesnoen (1961:233) adanya pekerjaan untuk narapidana baik sekali. “Make
diligent and they will be honest”, bilang John Howard bapak kepenjeraan.
Faedahnya pertama mengisi waktu terluang hingga jiwa tidak melayang-layang ke
arah yang tidak baik. Badan terlatih bekerja, sehat dan rajin. Dipandang dari
sudut keuangan negara, pekerjaan harus yang menghasilkan, agar penghasilan penjualan
barang-barang dapat menutup pengeluaran negara. Agar para narapidana tidak
hidup dalam penjara sebagai parasit masyarakat. Dipandang dari hari kemudian
narapidana, pekerjaan harus merupakan pendidikan keahlian dalam suatu lapangan
pekerjaan, sehingga dapat mencari nafkah dalam keahliannya. Maka perlu selain
bekerja praktis, juga diberi kursus secara teoritis.
Guna
mencapai tujuan Pemasyarakatan, yaitu membentuk warga binaan pemasyarakatan
(narapidana) agar menjadi manusia seutuhnya, menyadari kesalahannya,
memperbaiki diri, tidak mengulangi tindak pidana, dapat berperan dalam
pembangunan, dapat hidup secara wajar sebagai warga yang baik dan bertanggung
jawab sehingga dapat diterima kembali oleh lingkungan masyarakat, maka setiap
narapidana harus menjalani pembinaan selama menjalani masa pidananya. Pembinaan
dimaksud adalah kegiatan untuk meningkatkan kualitas ketaqwaan kepada Tuhan
YME, intelektual, sikap dan perilaku, profesional, kesehatan jasmani dan rohani
narapidana dan anak didik. Pembinaan bagi narapidana meliputi Pembinaan
Kepribadian dan Pembinaan Kemandirian. Pembinaan Kepribadian diarahkan
pada pembinaan mental dan watak narapidana agar menjadi manusia seutuhnya,
bertaqwa dan bertanggungjawab pada diri sendiri, keluarga dan masyarakat. Pembinaan ajaran agama untuk
wargabinaan seharusnya dilaksanakan secara terstruktur berjenjang dan
berkesinambungan, sehingga wargabinaan harus terklasifikasi menurut umur maupun
tingkat awal kemampuan tentang pemahaman ajaran agamanya, Jika ada napi yang mempunyai
tingkat pengetahuan ajaran yang baik, maka ia harus menjadi intruktur teman
sebaya yang harus membimbing dan mengajar ajaran agama kepada narapidana
lainnya yang belum mampu atau belum mengetahui sama sekali dasar dasar agama
dan keyakinan tentang ke esaan Allah Tuhan yang maha Esa.
Sampai dengan saat ini sistem pembinaan
keagamaan di Lembaga Pemasyarakatan belum diatur dalam segi kurikulum (bahan
ajar), mekanisme dan pelaksanaan praktek
ibadah masih menggunakan sistem pembinaan secara tradisional (pendekatan
personal), apalagi aparat/tenaga (petugas) Lapas sebagai tenaga Pembina dan
pembimbing warga masih sangat terbatas dari segi kuantitas dan kualitas,
sehingga tujuan dan harapan agar WBP bisa berkepribadian agamais berbudi
pekerti dan berakhlak yang baik belum dapat diwujudkan walaupun pihak Lapas
telah melakukan kerjasama dengan kementerian Agama, Perguruan Tinggi Agama
bahkan dengan Lembaga/Organisasi atau Majelis-majelis Keagamaan untuk pembinaan
kepribadian dimaksud, semuanya itu bersifat tentative dan tidak terevaluasi.
Tingkat pemahaman kerberagamaan WBP dan Andikpas berdasarkan hasil penelitian
Pusat Penelitian dan Pengembangan Keagamaan IAIN Sultan Amai Gorontalo telah
dilakukan survey sampel di Lapas Gorontalo ditemukan bahwa WBP dan Andikpas ada
94.14 % di jajaran lapas memiliki kemampuan baca dan tulis Alquran tidak
permanen, sangat rendah pengetahuan tata
cara bersuci, rendahnya pemahaman tata cara pelaksanaan shalat dan puasa yang
baik dan benar menurut hukum syar’i bahkan sangat jauh mengenal dan
memahami konsepsi keesaan Tuhan. Walaupun Pihak Lapas telah berupaya melakukan
bimbingan rohani melalui berbagai pendekatan kegiatan keagamaan tetapi hal ini
tidak cukup untuk memberi pengetahuan dan keterampilan beribadah disamping mengikuti
bimbingan manual yang tidak terstruktur dan sifatnya tentative.
Buku ini dapat menjadi rujukan bagi Lembaga
Pemasyarakatan dalam rangka Proses Pembinaan Kepribadian khususnya pembinaan
keagamaan bagi WBP dan Andikpas agar pola pembinaan, pendidikan dan
pembelajaran ajaran agama menjadi terarah, walaupun membutuhkan waktu yang
panjang, namun sistem pembinaan dapat terlaksana secara terstruktur, berjenjang
dan berkesinambungan apalagi buku ini dilengkapi dengan kurikulum pembinaan
pembelajaran agama.
Gorontalo, 31
Desember 2019
Pengurus
Badan Ta’mirul
Masjid
At-Taubah Lapas Gorontalo
Daftar Isi
PENDEKATAN DAN DASAR PERUMUSAN
A. Pendekatan Al-Qur’an Tafsir dan Hadis
D. BIDANG Perayaan Hari Besar Islam (PHBI)
E. BIDANG PENELITIAN PENGEMBANGAN (LITBANG)
F. BIDANG UMUM DAN PRELENGKAPAN
A. Struktur Organisai (SK Kalapas
Terlampir )
B. Jadwal Riadha Toriqat Qodiriyah
Wanaksabandiyah
Bagian Satu
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Dengan penggantian istilah “Penjara”
menjadi “Lembaga Pemasyarakatan” tentu terkandung maksud baik yaitu bahwa
pemberian maupun pengayoman warga binaan tidak hanya terfokus pada itikad
menghukum (Funitif Intend) saja melainkan suatu berorientasi pada
tindakan-tindakan yang lebih manusiawi dan disesuaikan dengan kondisi dari
warga binaan itu. Dengan demikian tujuan pidana penjara itu adalah disamping
menimbulkan rasa derita pada terpidana dihilangkannya kemudahan bergerak,
membimbing terpidana agar bertobat dan mendidik supaya menjadi seorang anggota
masyarakat sosialis Indonesia yang berguna, bahwa tujuan pidana penjara adalah
pemasyarakatan.[1]
Lembaga Pemasyarakatan adalah suatu wadah
oleh Pemerintah yang diperuntukan bagi seluruh warga Indonesia yang melakukan
pelanggaran dan kejahatan diranah hukum pidana yang sebelumnya pemasyarakatan
dikenal dengan sistem penjeraan dan penghukuman bagi orang-orang
yang berbuat menyimpang yang dinamakan penjara. Dalam
kaitannya antara penjara dan sistem pemasyarakatan sama tetapi letak
perbedaannya selain dalam sebutannya, juga terdapat hal lain yang membedakan
yaitu pemasyarakatan lebih dikenal dengan sistem pengayoman
dimana arah tujuan bagi orang yang melakukan perbuatan menyimpang itu adalah tempat dilakukan
pembinaan dan pengayoman bagi orang yang dinyatakan bersalah.
Dalam ketentuan Undang-Undang Nomor 12
Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan bahwa dalam hal memberikan pembinaan terhadap
warga binaan pemasyarakatan dan anak didik pemasyarakatan tentunya harus
berdasarkan atas Pencasila dan berlandaskan Peraturan Perundang-Undangan
terkait hal ini. Adapun aturan pokok pembinaan terhadap warga binaan
pemasyarakatan dan anak didik pemasyarakatan sesuai yang tercantum dalam
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan adalah :
Melakukan pembinaan warga binaan
pemasyarakatan berdasarkan sistem,
kelembagaan, dan cara pembinaan yang merupakan
bagian akhir dari
sistem pemidanaan dalam tata
peradilan pidana. selain itu juga sistem pemasyarakatan mengatur tentang arah
dan batas serta cara pembinaan warga binaan pemasyarakatan berdasarkan
Pancasila yang dilaksanakan secara terpadu antara pembina, yang dibina, dan
masyarakat untuk meningkatkan kualitas warga binaan pemasyarakatan agar
menyadari kesalahan, memperbaiki diri, dan tidak mengulangi tindak pidana sehingga
dapat diterima kembali oleh lingkungan masyarakat, dapat aktif berperan dalam
pembangunan, dan dapat hidup secara wajar sebagai warga yang baik dan
bertanggung jawab. Sistem pembinaan pemasyarakatan secara ringkas dapat
diuraikan sebagai berikut :
Pengayoman
Adalah perlakuan terhadap warga binaan
pemasyarakatan dalam rangka melindungi masyarakat dari kemungkinan diulanginya
tindak pidana oleh warga binaan pemasyarakatan juga memberikan bekal hidupnya
kepada warga binaan pemasyarakatan agar menjadi warga yang berguna didalam
masyarakat.
Persamaan perlakuan dan pelayanan
Adalah pemberian perlakuan dan pelayanan
yang sama kepada warga binaan pemasyarakatan tanpa membeda-bedakan orang.
Pendidikan
Adalah dilaksanakan berdasarkan
pancasila, antara lain pemberian porsi pembinaan sesuai dengan kebutuhan,
penanaman jiwa kekeluargaan, keteram, keterampilan, pendidikan kerohanian, dan
kesempatan untuk menunaikan ibadah.
Penghormatan
Adalah
bahwa sebagai orang yang tersesat warga binaan pemasyarakatan harus
tetap diperlukan sebagai manusia.
Terjaminnya hak
untuk tetap berhubungan dengan keluarga dan orang- orang
tertentu Adalah walaupun warga
binaan pemasyarakatan berada di LAPAS,
tetapi harus didekatkan dan dikenalkan
dengan masyarakat dan
tidak boleh diasingkan dari masyarakat.[2]
Dalam
melaksanakan pemasyarakatan yang menjunjung tinggi hak-hak asasi pelaku
kejahatan, tentunya hal ini bukan saja merupakan tugas institusi
pemasyarakatan, melainkan juga merupakan tugas pemerintah dan masyarakat. Dalam
Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan
menentukan bahwa:
Sistem
Pemasyarakatan adalah suatu tatanan mengenai arah dan batas serta cara
pembinaan warga binaan pemasyarakatan berdasarkan pancasila yang dilaksanakan
secara terpadu antara pembina, yang dibina dan masyarakat untuk meningkatkan
kualitas Warga Binaan Pemasyarakatan agar menyadari kesalahan, memperbaiki
diri, dan tidak mengulangi tindak pidana sehingga dapat diterima kembali oleh
lingkungan masyarakat, dapat aktif berperan dalam pembangunan, dan dapat hidup
secara wajar sebagai warga yang baik dan bertanggung jawab.”
Ketentuan di atas dimaksudkan untuk
meningkatkan kualitas warga binaan Pemasyarakatan agar menyadari kesalahan,
memperbaiki diri, dan tidak mengulangi tindak pidana sehingga dapat diterima
kembali di masyarakat.Selain itu diharapkan juga dapat berperan aktif dalam
pembangunan, dan dapat hidup secara wajar sebagai warga negara yang baik dan bertanggung
jawab.
Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Gorontalo
memiliki wilayah hukum Provinsi Gorontalo
baik dari Pengadilan
Negeri Limboto dan
Pengadilan Negeri Gorontalo.
2 Lembaga Pemasyarakatan Klas IIB Gorontalo kini mengalami perubahan
Kelas sejak tanggal 31 Desember
2003 berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehakiman dan Hak
Asasi Manusia RI Nomor : M. 16. FR. 07. 03 Tahun 2003 menjadi Lembaga
Pemasyarakatan Klas IIA Gorontalo. Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Gorontalo mempunyai visi dan misi
sebagai berikut: “Visi yaitu memulihkan kesatuan hubungan hidup, kehidupan
dan penghidupan warga binaan pemasyarakatan (WPB) sebagai individu, anggota
masyarakat dan mahluk Tuhan Yang Maha Esa”.
Ada beberapa argumentasi kenapa
pentingnya pembinaan keagamaan
narapidana di Lembaga
Pemasyarakatan kelas II A diangkat dalam
wacana ilmiah. Pertama, peranan
Lembanga Pemasyarakatan kelas II A
sebagai lembaga pemerintah dalam
menjalani aktivitas pembinaan keagamaan sebagai kegiatan utama dalam mewujutkan
visi dan misinya untuk memberdayakan
narapidana menjadi penghuni yang berakhlak mulia, berkepribadian agamais
dan dapat menjalankan ibadah ajaran agamanya sepenuhnya.
Kedua, pembinaan keagamaan narapidana melalui metode latihan
dan praktek sangat kondusif untuk wilayah
Gorontalo sebagai serambi Madinah. Gagasan pencerahan melalui pembinaan
membentuk paradigma pandangan dunia keagamaan kepada narapidana, sehingga
para narapidana memiliki kesadaran pada fitrahnya sebagai manusia yang memiliki
kesadaran yang bersifat spritual.
Ketiga, keberadaan Lembaga Pemasyarakatan
Gorontalo sebagai lembanga
dalam naungan Kementerian Kehakiman dan Hak Asasi Manusia
lebih mengembangkan model pembinaan kepribadian narapidana melalui pendekatan
keagamaan dalam bentuk latihan dan praktek
yang dilaksanakan secara
sistematis berkesinambungan dan terevaluasi untuk mengukur perkembangan
kecerdasan spritual narapidana
Dari ketiga pembinaan
keagamaan di Lembaga Pemasyarakatan di
atas, peran Lembaga pemasyarakatan memiliki partisipasi untuk mencerdaskan dan
meningkatkan kehidupan keberagamaan
warga binaan baik dari segi prilaku, pemahaman dan sikap. Konsistensi
Lembaga Pemasyarakatan, sangatlah dibutuhkan agar tidak
terjebak pada kepentingan
pembinaan kemandirian, tetapi kajian membina mental kepribadian
narapidana adalah salah satu yang mendasar untuk menjadikan narapidana dapat
merubah diri, menyadari kesalahannya serta bertobat kepada Tuhan yang maha
kuasa atas segala kesalahannya.
B. Tujuan dan Manfaat
1.
Tujuan
Berangkat dari uraian di atas serta untuk mempermudah
penyusunan kerangka teori dan fakta
serta data pendukung pembinaan
narapidana maka Pengurus Badan Ta’mirul
Masjid At-Taubah Lapas Gorontalo memfokuskan memformulasikan beberapa bagian
isi buku ini bertujuan sebagai berikut:
1. Menjadikan
Pembinaan Mental dan Spiritual Warga Binaan Pemasyarakatan Lebih Terstruktur
dan tentative
2. Memberikan
Panduan Kerja yang Akuntable dan profesional
2. Manfaat
Penyusunan
Buku Panduan ini diharapkan dapat bermanfaat dan menambah wacana keilmuan
terutama masalah pembinaan narapidana di Lembaga Pemasyarakatan.
Manfaat
utama adalah memegang kunci dalam
pengembangan ilmu
pengetahuan pemasyarakatan yaitu kajian
studi Pemasyarakatan melalui pendekatan keagamaan. Dengan penelitian dapat melahirkan sumbangan pemikiran baru
terkait dengan Memantapkan kepribadian Warga binaan melalui Model pembinaan
melalui pendekatan keagamaan di lembaga
pemasyarakatan, manfaat dan kegunaan
dari Perumusan buku ini, adalah:
1.
Manfaat teoritis :
a. Adanya
kajian ilmiah terkait ajaran Islam tentang pola
pembinaan keagamaan
narapidana melalui penguatan dan
praktek
b. Menghasilkan
temuan substantif maupun formal sehingga menambah wacana baru dalam tataran pembinaan
ke-Islaman
c. Memberikan
informasi profetik dalam interdisipliner pembinaan ke-Islaman khususnya
dalam hal ini interkoneksitas berbagai disiplin keilmuan pemasyarakatan
yang bercorak sekuler maupun studi keislaman.
2. Manfaat Praktis:
a. Bagi
pemegang kebijakan dalam hal ini Lembaga
Pemasyarakatan untuk menentukan arah kebijakan
di bidang pembinaan keagamaan di lapas.
b. Bagi
Pengurus Badan Ta’mirul Masjid At-Taubah Lapas Gorontalo, agar dapat mengambarkan pandangan
Islam memahami pembinaan
keagamaan di Lapas. Sehingga, terdapat berbagai pengayaan wacana
sekaligus hasil temuan di lapangan yang
mampu membangun sebuah teori.
Bagian Dua
PENDEKATAN DAN DASAR PERUMUSAN
A. Pendekatan Al-Qur’an Tafsir dan
Hadis[3]
Islam diturunkan oleh Allah
SWT untuk menjadi jalan keselamatan bagi umat manusia. Oleh karena itu, menjadi
kewajiban bagi setiap muslim untuk senantiasa saling mengingatkan dan saling
mengajak kepada jalan keselamatan itu. Pembinaan keagamaan sebagai bagian dari
aktivitas dakwah, menjadi sangat diperlukan untuk menggapai kebahagiaan dunia
dan akhirat secara bersama.
Pembinaan merupakan suatu
aktivitas seorang muslim untuk menyebarkan ajaran Islam ke muka bumi yang
penyampaiannya diwajibkan atas setiap Muslim yang mukalaf, sesuai dengan kadar
kemampuannya dan dengan cara-cara yang Islami. Sebagaimana yang termaktub dalam
Q.S. Ali-Imran: 104:
وَلْتَكُنْ
مِنْكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ
وَيَنْهَوْنَ عَنْ الْمُنْكَرِ وَأُوْلَئِكَ هُمْ الْمُفْلِحُونَ
Artinya:
“Dan
hendaklah ada diantara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan,
menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar, dan merekalah
orang-orang yang beruntung.”
Dari
ayat di atas, terlihat bahwa Allah menyeru kepada ummat manusia untuk
senantiasa berada di jalan Allah serta bertanggungjawab guna menyerukan ajaran
Islam dengan cara-cara yang baik.[4]
Pembinaan keagamaan sebagai bagian dari prinsip perjuangan dalam Islam memiliki
kontribusi yang cukup besar dalam menyebarluaskan ajaran Islam. Selain itu
juga, merupakan bagian integral dalam Islam yang wajib dilaksanakan oleh setiap
muslim. Kewajiban ini tercermin dalam konsep Amar Ma’ruf dan Nahi Munkar.[5]
Karena pembinaan merupakan kewajiban yang cukup besar bagi setiap muslim, tentu
membutuhkan metode-metode yang benar agar proses implementasi ajaran Islam
berjalan dengan baik dan ajaran Islam juga bisa diterima oleh ummat.
Kegiatan
pembinaan keagamaan sesungguhnya adalah aktivitas yang sudah berlangsung sejak
lama, kemunculannya bersamaan dengan turunnya agama Islam. Sejalan dengan
turunnya agama Islam itu, akhirnya muncullah sosok nabi Muhammad SAW yang
menjadi utusan Allah untuk meluruskan nilai-nilai kemanusiaan serta
menyempurnakan akhlak manusia. Sebagai mana hadits Nabi:“Dari Abi Hurairah berkata, Rasulullah SAW bersabda: “sesungguhnya aku
diutus untuk menyempurnakan akhlak yang baik”[6]
Pembinaan
keagamaan merupakan bagian dari dakwah memiliki tujuan praktis yaitu dalam
proses pembinaan merupakan tahap awal guna menyelamatkan manusia dari lembah
kegelapan dan membawanya ke tempat yang terang benderang, dari jalan yang sesat
ke jalan yang lurus, dari lembah kemusyrikan menuju tauhid yang menjanjikan
kebahagiaan.[7]
Disamping itu tujuan praktis, pembinaan keagamaan juga memiliki tujuan
realistis. Adapun tujuan realistisnya
adalah tujuan antara, yakni berupa terlaksananya ajaran Islam secara
keseluruhan dengan cara yang benar dan berdasarkan keimanan, sehingga terwujud
manusia yang menjunjung tinggi kehidupan beragama dengan merealisasikan ajaran
Islam secara penuh dan menyeluruh.[8]
Setiap
orang Islam diwajibkan menyampaikan ajaran Islam kepada seluruh ummat manusia,
sehingga mereka dapat merasakan ketentraman dan kedamaian. Akan tetapi
ketentraman dan kedamaian itu tidak akan terwujud kecuali jika seorang muslim
sadar bahwa dipundaknya-lah terdapat amanah yang berat berupa tugas pembinaan
agama yang universal yang tidak dibatasi oleh ruang, waktu dan keadaan.[9]
Perintah ini pertama kali ditunjukkan kepada utusan Allah, kemudian kepada
umatnya baik secara umum, kelompok atau organisasi.[10]
Perintah
dalam melakukan pembinaan keagamaan yang ditujukan kepada para utusan Allah
tercantum pada al-Quran Surat Al Maidah ayat 67:
يَا
أَيُّهَا الرَّسُولُ بَلِّغْ مَا أُنزِلَ إِلَيْكَ مِنْ رَبِّكَ وَإِنْ لَمْ
تَفْعَلْ فَمَا بَلَّغْتَ رِسَالَتَهُ وَاللَّهُ يَعْصِمُكَ مِنْ النَّاسِ إِنَّ
اللَّهَ لا يَهْدِي الْقَوْمَ الْكَافِرِينَ
Artinya:
“Hai Rasul, sampaikan apa yang diturunkan
kepadamu dari Tuhanmu. Dan jika tidak kamu kerjakan (apa yang diperintahkan
itu, berarti) kamu tidak menyampaikan amanat-Nya. Allah memelihara kamu dari
(gangguan) manusia. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orangorang
yang kafir” QS Al-Maidah: 67)
Dasar
hukum pelaksanaan pembinaan keagamaan tersebut banyak disebutkan dalam
al-Qur’an. Diantaranya adalah QS Ali Imran ayat 104:
وَلْتَكُنْ
مِنْكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ
وَيَنْهَوْنَ عَنْ الْمُنْكَرِ وَأُوْلَئِكَ هُمْ الْمُفْلِحُونَ
Artinya:
“Dan hendaklah ada diantara kamu segolongan
umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah
dari yang mungkar, dan merekalah orang-orang yang beruntung.” (QS
Ali Imran: 104)
كُنْتُمْ
خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ
عَنْ الْمُنكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَلَوْ آمَنَ أَهْلُ الْكِتَابِ لَكَانَ
خَيْراً لَهُمْ مِنْهُمْ الْمُؤْمِنُونَ وَأَكْثَرُهُمْ الْفَاسِقُونَ
Artinya:
“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan
untuk manusia,menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan
beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik
bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah
orang-orang yang fasik”. (QS. Ali Imran: 110)
Didasarkan
pada penafsiran kata “wal takun” pada
QS Ali Imran ayat 104, bahwa setiap perintah Allah wajib dilaksanakan,
sedangkan “minkum” adalah kata
keterangan, penjelasan dan bukan diartikan sebagian. Selain ayat tersebut,
hukum berdakwah juga didasarkan pada kata “ khaira
ummatin ukhrijat lin naas” dalam
QS Ali Imran 110 mencakup semua orang Islam, baik yang berbeda suku, warna,
bahasa, dan sastra sosialnya. Semua muslim wajib melakukan pembinaan keagamaan
(dakwah).[11]
Sementara itu sebagaian ulama’ yang lain berpendapat bahwa hukum dakwah adalah wajib kifayah. Apabila sudah dilakukan
oleh seseorang maka gugurlah segala kewajiban dakwah atas seluruh kaum
muslimin. Hal ini didasarkan pada kata “minkum”
yang diberikan pengertian lit-tab’id (sebagian).[12]
Ayat ini secara jelas menunjukkan akan wajibnya pembinaan
keagamaan karena ada lam amar di
dalam kalimat wal takun. Sedangkan
kalimat minkum menunjukkan fardu kifâyah, maka seluruh umat Islam
diperintahkan agar sebagian mereka melaksanakan kewajiban ini.[13]
Ketika ada sekelompok orang yang melaksanakannya, maka pembinaan keagamaan
telah menjadi fardu ain bagi orang
tertentu, berdasarkan syarat-syarat yang ada pada mereka sebagaimana juga
kewajiban itu gugur terhadap yang lain. Jika tidak ada seorang pun yang
melaksanakannya di satu wilayah, maka berdosalah mereka semua.[14]
Ketika seorang muslim melihat kemungkaran yang dilakukan secara terang
terangan, maka Rasulullah SAW telah mewajibkan untuk mengubah kemunkaran
tersebut, sebagaimana hadis Rasulullah SAW:
مَنْ رَأَى مِنْكُمْ مُنْكَرًا فَلْيُغَيِّرْه بِيَدِهِ فَإِنْ لمَ يَسْتَطِعْ فَبِلِسَانِهِ فَإِنْ لمَ يَسْتَطِعْ فَبِقَلْبِهِ وَذَلِكَ أَضْعَفُ الْإِيمَانِ
Artinya:
"Barang siapa yang melihat kemungkaran maka hendaklah ia
mencegah dengan tangannya, apabila tidak sanggup maka dengan lisannya, apabila
tidak sanggup maka dengan hatinya dan itulah selemahlemahnya iman"
Kedua nash tersebut di atas dengan tegas mewajibkan kepada setiap
muslim untuk melaksanakan pembinaan keagamaan dengan cara merealisasikan kebaikan
dan mencegah kemunkaran, menjamin terlaksananya undang-undang dan pertaruran
yang berlaku di masyarakat, dan bertanggung jawab atas segala yang menjadi
kepentingan dan kemaslahatan umum. Besar kecilnya kewajiban ini setiap orang tidaklah sama, karena tergantung
pada tingkat keahlian, kemampuan dan fungsi masing-masing individu dalam
masyarakat.
Tiap-tiap orang, baik sebagai pejabat negara maupun rakyat biasa
mempunyai kewajiban untuk saling mengingatkan, menyerukan kebaikan dan mencegah
kemunkaran, memelihara ketentraman dan kesejahteraan masyarakatnya menurut
kadar kemampuan, keahlian dan kedudukannya.
Ayat dan hadis di atas merupakan perintah. Kalimat perintah itu
menujukkan hal yang wajib dan ilzam (harus
dilaksanakan) selama tidak ada qarinah (dalil
lain) yang bisa mengalihkan hukum wajib tadi kepada hukum yang lain, sehingga
tidak ada qarinah itu. Di antara
perintah yang jelas namun tidak langsung adalah Firman sejak masa Abu Bakar
Ash-Shiddiq sebagai bukti bahwa sasaran pembicaraan pada ayat-ayat tersebut
adalah umat Islam secara keseluruhan. Bahkan melakasanakan kewajiban ini
menjadi semacam profesi yang tidak boleh diabaikan. Jadi perintah saling
mengingatkan, membina itu bagi kaum muslimin itu lebih
tegas dan lebih jelas wajibnya. Firman Allah Q.S. al-Hajj: 67.
.لِكُلِّ أُمَّةٍ
جَعَلْنَا مَنْسَكًا هُمْ
نَاسِكُوه فَلَا ينَُازِعُنَّكَ
فِي الْأَمْرِ وَادْع
إِلَى رَبِّكَ إِنَّكَ
لَعَلَى هُدًى مُسْتَقِيمٍ
Artinya:
"Bagi
tiap-tiap umat Telah kami tetapkan syari'at tertentu yang mereka lakukan, Maka
janganlah sekali-kali mereka membantah kamu dalam urusan (syari'at) ini dan
serulah kepada (agama) Tuhanmu. Sesungguhnya kamu benar-benar berada pada jalan
yang lurus"
Firman Allah Q.S. Asy-Syura: 15.
فَلِذَلِكَ فَادْع
وَاسْتَقِمْ كَمَا أُمِرْتَ
وَلَا تَ تَّبِعْ
أَهْوَاءَهُمْ وَقُلْ ءَامَنْتُ
بِمَا أَنْزَلَ اللَّه
مِنْ كِتَابٍ وَأُمِرْتُ
لِأَعْدِلَ بيَْنَكُمُ اللَّه
رَبنَُّا وَرَبُّكُمْ لَنَا
أَعْمَالُنَا وَلَكُمْ أَعْمَالُكُمْ
لَا حُجَّة بيَْنَنَا
وَبيَْنَكُمُ اللَّه يَجْمَعُ
بيَْنَنَا وَإِلَيْهِ الْمَصِير
Artinya:
"Maka
karena itu serulah (mereka kepada agama ini) dan tetaplah sebagai mana
diperintahkan kepadamu dan janganlah mengikuti hawa nafsu mereka dan
katakanlah: "Aku beriman kepada semua Kitab yang diturunkan Allah dan aku
diperintahkan supaya berlaku adil diantara kamu. Allah-lah Tuhan kami dan Tuhan
kamu. Bagi kami amal-amal kami dan bagi kamu amal-amal kamu. Tidak ada
pertengkaran antara kami dan kamu, Allah mengumpulkan antara kita dan kepada-Nyalah
kembali (kita)"
Ayat-ayat
di atas khitab (sasaran
pembicaraannya) adalah khusus untuk Nabi. Namun seperti yang telah dipahami
bahwa khitab untuk Nabi adalah untuk
umatnya pula selama tidak ada qarinah menunjukkan
adanya kekhususan khitab bagi Nabi.
Di sini qarinah itu tidak ada, bahkan
keberadaan kaum muslimin yang melaksanakan kewajiban ini di antara perintah
yang berupa isyarat Firman Allah Q.S. Ash-Shaf: 10-12.
يَاأَيهَُّا الَّذِينَ
ءَامَنُوا هَلْ أَدُلُّكُمْ
عَلَى تِجَارَة تنُْجِيكُمْ
مِنْ عَذَابٍ أَلِيمٍ
.تؤُْمِنُونَ بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ
وَتُجاهِدُونَ فِي سَبِيلِ
اللَّهِ بِأَمْوَالِكُمْ وَأَنْفُسِكُمْ
ذَلِكُمْ خَيْرٌ لَكُمْ
إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ
.يغَْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ
وَيُدْخِلْكُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي
مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ
وَمَسَاكِنَ طَيِّبَة فِي
جَنَّاتِ عَدْنٍ ذَلِكَ
الْفَ وزُ الْعَظِيمُ
Artinya:
"Wahai
orang-orang yang beriman, maukah kalian Aku tunjukkan suatu perniagaan yang
dapat menyelamatkan kalian dari azab yang pedih? Yaitu kalian beriman kepada
Allah dan Rasul-Nya serta berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwa kalian.
Itulah yang lebih baik bagi kalian jika kalian mengetahuinya. Niscaya Allah
akan mengampuni dosa-dosa kalian dan memasukkan kamu ke dalam surga yang
mengalir di bawahnya sungai-sungai dan memasukkan kamu ketempat tinggal yang
baik di dalam surga Adn. Itulah keberuntungan yang besar"
Ayat
ini, meski terbentuk sebagai kalimat berita namun di dalamnya terkandung arti
perintah. Hal ini sesuai dengan kaidah ushul fiqhi yang menyatakan bahwa
”setiap perbuatan yang dipuji oleh syari’at, diagungkan nilainya, atau karena
perbuatan tadi sang pelaku mendapat pujian dan kegembiraan, atau syara’
menyenangi perbuatan itu sekaligus pelakunya maka perbuatan itu berarti
diperintahkan.”[15]
Pembinaan keagamaan bukan hanya sekedar kebaikan dan bukan pula untuk menambah
jumlah kaum muslimin saja, akan tetapi dituntut untuk mewujudkan tanggung jawab
misi umum diutusnya Nabi Muhammad SAW untuk umat Islam. Tanggung jawab ini
merupakan tanggung jawab setiap individu umat Islam yang wajib ditunaikan,
karena tanggung jawab risalah ini telah dibebankan Allah atas umat untuk
disampaikan kepada umat manusia setelah Nabi Muhammad wafat.
Jika
umat Islam melalaikan kewajiban ini berarti telah melalaikan kewajiban risalah
yang diwajibkan oleh Allah untuk dilaksanakan dan Allah mengharamkan kedudukan
”khaira ummatin” karena kedudukan itu
hanya diberikan kepada umat yang melaksanakan risalah dakwah.[16]
Sesungguhnya tiap-tiap muslim yang membawa identitas Islam (baik secara aqidah atau syari’ah) mengetahui bahwa ia diperintahkan untuk menyampaikan
ajaran Islam kepada seluruh manusia sehingga manusia dapat bernaung di bawah
naungannya yang teduh. Di situlah umat dapat menikmati ketentraman dan
keamanan.
Akan
tetapi ketentraman dan keamanan itu tidak akan terwujud kecuali setiap muslim
sadar bahwa dipundaknya ada amanah yang berat terhadap pembinaan secara
universal yang tidak dibatasi oleh zaman, tempat, negara, lembaga dan jamaah.
Allah swt telah menjadikan manusia dalam sebaik-baiknya bentuk, melebihkannya
atas kebanyakan makhlukya dan mengkaruniakannya dengan akal pikiran yang
merupakan kekuatan kreatif (daya cipta) untuk melahirkan dan membina kebudayaan
yang tinggi dan juga merupakan kekuatan pula untuk dapat mempertimbangkan,
menyusun dan mengatur hidup dan kehidupannya yang baik.
Dengan
akalnya manusia dapat membuat berbagai macam alat kelengkapan dan kesempurnaan
hidupnya, dan dengan akalnya pula manusia dapat membedakan yang baik dan buruk,
yang hak dan yang bathil. Selain potensi akal yang diberikan, manusia juga
memiliki keterbatasan sehingga tidak dapat menemukan kemaslahatan-kemaslahatan
dunia dan akhirat tanpa adanya petunjuk dari Allah. Dalam teologi Islam
persoalan akal ini menjadi perdebatan. Aliran-aliran teologi Islam terutama
Mu’tazilah, Asy’ariah dan Maturidiah menjadikan persoalan akal seabgai pembahasan
yang menarik dalam sejarah perkembangannya.
Bagi
Mu’tazilah, semua pengetahuan dapat diperoleh melalui akal. Abu al-Huzail
merupakan tokoh Mu’tazilah yang pertama memberi penjelasan tentang kekuatan
akal dalam mengetahui masalah-masalah keagamaan. Menurutnya, akal mampu
mengetahui yang baik dan yang buruk walaupun tanpa petunjuk dari wahyu.
Asy’ariah berpendapat bahwa akal tidak dapat membuat sesuatu menjadi wajib dan
tidak dapat mengetahui bahwa mengerjakan yang baik dan menjauhi yang buruk adalah
wajib bagi manusia.
Betul
akal dapat mengetahui Tuhan, tetapi wahyulah yang mewajibkan orang mengetahui
Tuhan dan berterima kasih kepada-Nya. Tokoh Asy’ariyah al Baqilani menyatakan
bahwa yang menentukan baik dan buruk adalah wahyu bukan akal. Sesuatu yang
diperintahkan oleh Allah untuk dilakukan pasti baik sedangkan yang
diperintahkan untuk ditinggalkan pasti buruk.[17]
Akal manusia tidak dapat mencipta dalam
pengertian yang sesungguhnya. Akal hanyalah dapat memikirkan, menimbang,
menganalisa, mengambil kesimpulan-kesimpulan dan berkembang dalam daerah
pengalamannya. Ia tidak dapat mengetahui hakekat sesuatu, tidak dapat mengatur
urusannya di atas suatu sistem yang cepat, adil, tidak salah dan tidak
menyimpang. Apabila akal manusia dijadikan sendapat petunjuk untuk mengetahui
kebaikan dan keburukan, terkadang ia dikalahkan oleh syahwatnya yang
memalingkan dari yang bermanfaat menjadikan mudarat. Meskipun akal manusia itu
dapat terlepas dari pengaruh hawa nafsu, tetapi terkadang ia tidak selamat dari
bahaya-bahaya perselisihan dan pertentangan dikarenakan adanya perbedaan dalam
pengertian, pengalaman dan kemampuan.
Tidak
dapat disangkal bahwa perbedaan pendapat dalam segala aspek kehidupan manusia
merupakan satu fenomena yang telah lahir bersamaan dengan lahirya masyarakat
dan hanya berakhir dengan berakhirnya masyarakat. Umat Islam tidak terkecuali
akan terkena fenomena tersebut sejak zaman Nabi Muhammad SAW, walaupun
tentu-nya perbedaan-perbedaan pada masa itu tidak meruncing karena kehadiran
Nabi SAW. di tengah-tengah mereka.[18]
Oleh sebab itu kita sering melihat seorang memandang baik sesuatu yang justru
dipandang buruk oleh orang lain. Bahkan terkadang seseorang pada suatu waktu
memandang baik suatu hal, kemudian pada waktu yang lain memandangnya buruk karena
tidak sesuai lagi dengan yang dikehendaki.
Banyak
pula hal-hal yang mengandung kebaikan dan keburukan kemudian seseorang tertarik
kepadanya karena melihat segi kebaikannya, dan seorang lainnya menolak karena
melihat dari segi keburukannya.[19]
Setiap hari kita membaca, mendengar dan melihat di media tentang
pelanggaran-pelanggaran dan kejahatan-kejahatan yang sangat merugikan
masyarakat. Dari angka-angka yang ada mengenai tindak kejahatan yang dilakukan
oleh umat manusia di dunia ini menggambarkan betapa kualitas dan kuantitas dari
kejahatan itu terjadi dalam tiap menit bahkan dalam setiap detik, mulai dari
kejahatan kecil-kecilan seperti berbohong hingga kejahatan besar seperti
peperangan. Berbagai undang-undang, peraturan dan hukum telah dibuat, tetapi
pelanggaran dan kejahatan masih terus terjadi, kekacauan dan kerusuhan masih
terus berlangsung. Perbuatan munkar itu
dilakukan bukan hanya oleh manusia yang berpendidikan rendah, tetapi juga oleh
mereka yang berpendidikan tinggi (sarjana).[20]
Kondisi
seperti itu tidak boleh dibiarkan terus-menerus tanpa usaha untuk melakukan
perbaikan dan mengarahkan umat manusia kepada kehidupan yang damai, aman dan
sejahtera. Memang disadari bahwa tugas untuk mencegah orang dari perbuatan
munkar lebih berat dari mengajak umat untuk berbuat kebaikan. Disinilah letak
kewajiban setiap manusia untuk selalu mengajak kepada kebaikan dan mencegah
manusia dari kemunkaran yang dalam istilah populernya disebut sebagai dakwah.
Aktivitas
pembinaan keagamaan sudah dibicarakan dalam kitab-kitab tafsir sejak masa-masa
awal sejarah Islam. Hal-ihwal pembinaan keagamaan ini dibicarakan dalam
hubungannya dengan ayat-ayat dakwah. Aspek dakwah yang dibicarakan sesuai
dengan kandungan ayat yang ditafsirkan. Pada ayat tertentu dibahas hukum melaksanakan
dakwah. Hal ini dapat dilihat misalnya dalam penafsiran ayat 104 surat Ali
Imran. Al-Qurtubi dalam tafsirnya al-Jami’
li Ahkam al Qur’an,ketika menjelaskan lafaz minkum ia mengatakan bahwa kata min
dalam ayat ini adalah untuk menunjukan sebahagian (li al-tab’idh). Mufassir Ismail ibn Katsir menjelaskan bahwa setiap
pribadi muslim wajib menyampaikan ajaran Islam, namun secara khusus tugas itu
diurus oleh kelompok umat Islam.[21]
B. Dasar Hukum
1. Undang-Undang
Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan;
2. Undang-Undang
Nomor 8 Tahun 1974 Tentang Pokok-Pokok Kepegawaian;
3. Peraturan
Pemerintah Nomor: 31 Tahun 1999 Tentang Pembinaan Dan Pembimbingan Warga Binaan
Pemasyarakatan;
4. Peraturan
Pemerintah Nomor: 32 Tahun 1999 Tentang Syarat Dan Tata Cara Pelaksanaan Hak
Warga Binaan Pemasyarakatan;
5. Peraturan Pemerintah Nomor 99 Tahun 2006 Tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah
Nomor 32 tahun 1999 Tentang Syarat Dan Tata Cara
Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan;
6. Peraturan Pemerintah Nomor 99 Tahun 2012 Tentang
Perubahan Kedua atas Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1999 Tentang Syarat
Dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan;
7. Keputusan Menteri Kehakiman Republik Indonesia Nomor :
M.01.PR.07.03 Tahun 1983 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Lembaga
Pemasyarakatan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Hukum Dan Hak Asasi Manusia
Republik Indonesia
Nomor M.HH-05.OT.01.01 Tahun 2011 Tentang Perubahan
Atas
Keputusan
Menteri Kehakiman
Nomor M.01-Pr.07.03 Tahun 1985
Tentang Organisasi Dan Tata Kerja Lembaga Pemasyarakatan
;
8. Keputusan Menteri Kehakiman RI Nomor : M.02.PK.04.10 Tahun .1990 Tentang Pola Pembinaan Narapidana/
Tahanan;
9. Keputusan
Sekretaris Jenderal Kementerian Hukum Dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia
Nomor : SEK-42.KP.03.03 Tahun 2013 Tentang Pengangkatan Dan Pemindahan Pegawai
Negeri Sipil Dalam dan Dari Jabatan Struktural Eselon III, IV, Dan V Di
Lingkungan Kementerian Hukum Dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia.
Bagian Tiga
PROGRAM KEGIATAN
A. BIDANG PENDIDIKAN
|
|||||
NO. |
JENIS KEGIATAN |
Jumlah Dan Waktu Pelaksanaan |
Motode Kegiatan |
Target Capaian |
Keterangan |
1. Baca Tulis Al-Qur’an |
|
|
|
|
|
a.
Pembelajaran Iqra 1-6 |
192 Kali
(Senin s.d. Kamis di setiap Minggu) |
Kalaster
(Napi/Tahanan) / Tutor
Sebaya/Instruktur |
Memberikan
pengetahuan dan kemampuan Baca dan Tulis dasar-dasar Al-Qur’an |
|
|
b. Tadarus Alqur’an |
192 Kali (Senin s.d. Kamis di setiap
Minggu) |
Kalaster (Napi/Tahanan) / Tutor Sebaya/Instruktur |
Memberikan pengetahuan dan kemampuan Baca
Al-Qur’an |
|
|
c. Tilawah |
192 Kali
(Senin s.d. Kamis di setiap Minggu) |
Kalaster
(Napi/Tahanan) / Tutor
Sebaya/Instruktur |
Memberikan
pengetahuan dan kemampuan Baca Al-Qur’an |
|
|
d. Wisuda Santri |
2 Kali (Semester) |
Event Ceremony |
|
|
|
2. Pesanteren Kilat
(Riyadha / Inabah TQN @ 40 hari satu tahun 3 kali) |
3 Kali @ 40 Hari |
Selama 40 hari, Peserta Dikumpulkan Di
Masjid Mulai jam 02.00 s.d. 07.00 (Jadwal Terlampir) |
Memantapkan Iman dan Tauhid Bagi WBP |
|
|
3. Pembelajaran Tafsir MetodeTamwiz |
96 kali (Sabtu dan Minggu) |
Kalaster (Napi/Tahanan) / Tutor Sebaya/Instruktur |
Mengahasilkan WBP yang berekemampuan Tafsir
Kitab-Kitab pengetahuan Keagamaan |
|
|
4. Pembelajaran
Bahasa Arab |
96 kali
(Jum’at dan Minggu) Ba’da Magrib |
Kalaster
(Napi/Tahanan) / Tutor
Sebaya/Instruktur |
|
|
|
B.
BIDANG DAKWAH
|
|||||
NO. |
JENIS KEGIATAN |
Jumlah Dan Waktu Pelaksanaan |
Motode Kegiatan |
Target Capaian |
Keterangan |
1. Ceramah Agama |
|
|
|
|
|
·
Ceramah Agama Mingguan |
48 Kali (Setiap Kamis |
Cermaha Umum |
|
|
|
·
Kultum Ramadhan Jelang Buka Puasa |
30 Hari |
Ceramah Agama menantikan Buka Puasa |
|
|
|
·
Tabligh Akhir Tahun Masehi |
1 Kali (31
Desember) |
Ceramah
terbuka |
|
|
|
2. Diskusi
/ Kajian Islami (materi ditentukan oleh pengurus Ta'mir) |
48 Kali (Setiap Rabu Malam) |
Dilaksanakan di masing-masing Pondok |
|
|
|
3. NGOPI (Ngobrol Perihal Ikhsan) Minum Kopi Gratis bersama dan
(Nonton Ceramah Via Youtube) |
96 kali
(Selasa Jum’at |
Ngopi
Gratis bersama Ba’da Ashar Sambil
Nonton Ceramah |
|
|
|
C.
IBADAH / MUAMALAH
|
|
|
|
|
|
1. Shalat
Wajib Berjamaah 5 Waktu |
|
di Masjid
(Djuhur dan Ashar) |
|
|
|
|
di Blok Hunian (Magrib/Isya) |
|
|
||
|
|
|
|
||
|
|
di Kamar Hunian (Subuh) |
|
|
|
2. Shalat
Jum’at Berjamaah |
|
|
|
|
|
|
a. Shalat Jum’at Didalam Lapas |
Dapat Di Laksanakan Oleh Seluruh WBP Muslim |
Rutin |
||
12 Kali (Setiap Bulan Di Minggu Pertama
Bulan berjalan) |
b. Shalat Jum’at bersama
anak yatim |
Reintegrasi Sosial Keagaaman Guna
menumbuhkan Kepedulian terhadap Anak yatim |
|
||
3. Ibadah Bulan Ramadhan |
|
|
|
|
|
a. a. Buka Puasa Bersama |
30 Kali
Selama Bulan Ramadhan |
Berjaamh Di
Masjid |
Meningkatkan
Kebersamaan yang Berbudaya Islam |
|
|
b.
b. Shalat Tarawih |
30 Malam Selama Bulan Ramadhan |
Berjamaah Di masjid |
Terwujudnya Amalan Sunaan berjamaah |
|
|
c. c. Tadarus Alqur’an |
30 Malam Selama Bulan Ramadhan |
Berjamaah
Ba’da Isya |
Kesempurnaan Pembacaan Al-Qur’an |
|
|
|
|
|
|
||
d. I’tikaf 30 Hari Ramdahan |
29 Malam Selama Bula
Ramadhan |
Riadha (Beribadah Wajib dan Sunaah Berjamaah Di
masjid Selama Bulan Ramadhan) |
Memberikan Reward Bagi WBP Yang Aktif
Mengikuti kegiatan Pembinaan Dimasji |
Reward |
|
e.
Khatam Raya |
|
|
|
|
|
4.
Pengumpulan dan Pembagian Zakat Fitrah |
|
Dikoordinir
Oleh Ta’Mirul Msjid |
|
|
|
5. Yasinan |
52 Kali (Seminggu Sekali) |
Dimasjid dan Blok Hunian |
|
|
|
6.
Kaderisasi Imam/Khatib/Mua'jin |
2 kali
Dalam Setahun |
Pelatihan |
Memebrikan
Nilai Tambah Kepada WBP dalam hal Imam dan Khatib Serta Muazin |
|
|
7. Menghidupkan Amalan Sunnah |
|
|
|
|
|
1) Puasa Senin/Kamis |
96 Kali (2 Kali Seminggu) |
|
|
|
|
2) Puasa Syawal |
6 Hari Awal Bulan Syawal |
|
|
|
|
3) Puasa Muharam |
10 Hari Di Awal Bulan Muaharram |
|
|
|
|
4) Puasa Bulan Dzulhijah |
3 Hari 8,9,10 Djulhijah |
|
|
|
|
5) Sholat-Sholat Sunnah |
|
|
|
|
|
D.
BIDANG Perayaan Hari Besar Islam (PHBI)
|
|
|
|
|
|
1.
Idulfitri |
|
|
|
|
|
Shalat Id |
1 Kali |
|
|
|
|
Halal Bi
Halal |
2 Kali |
Sebelum dan
Sesudah Ramadhan |
|
|
|
2. Shalat Idul Adha |
|
|
|
|
|
Shalat Id |
1 Kali |
|
|
|
|
Penyembilihan Hewan Qurban |
|
Dikoordinir Pengadaan, Pemotongan,
pembagian Daging Qurban |
|
|
|
3. Zikir
Bersama |
|
|
|
|
|
4. Maulid Nabi Muhammad SAW |
|
(Nasional Tradisional) |
|
|
|
5.
Isra dan Mi'raj Nabi Muhammad SAW |
|
(Nasional Tradisional) |
|
|
|
6. Nifsu Sya'ban (Ceramah Agama) |
|
Ceramah Agama |
|
|
|
7.
Peringatan Hari Santri Nasioanl |
|
Riadha 10
Hari |
|
|
|
|
E.
BIDANG
PENELITIAN PENGEMBANGAN (LITBANG)
|
|
|
|
|
|
Melakukan Penelitian Efetifitas Progam
Kerja Semua Bidang-Bdang |
3 Kali
dalam Setahun |
Metodologi
Penelitian |
|
|
|
F.
BIDANG
PENGEMBANGAN MINAT BAKAT
|
|
|
|
|
|
Melakukan Pendataan Keampuan Minat Bakat
WBP |
3 Kali
dalam Setahun |
Metodologi
Penelitian |
|
|
|
1.
Melaksanakan Pelatihan
Ceramah 2.
Melaksanakan Pelatihan
Qalam Ilahi/Sari Tilawah 3.
Melaksanakan Pelatihan MC
Kegiatan Islami 4.
Latihan Music Islami
(Hadra, Nasyid, Qosidah) |
|
|
|
|
G.
BIDANG UMUM DAN PRELENGKAPAN
|
Rutin |
Membeckup
kegiatan Bidang dalan Melaksanakan pengadaan dan Pemeliharaan Alat dan Sarana
Ibadah |
|
|
|
|
|
|
|
|
Bagian Empat
MANAJEMEN TA’MIRUL MASJID
A. Struktur Organisai (SK Kalapas Terlampir )
B. Tugas dan Fungsi
I. PENGURUS UMUM
Tugas dan Fungsi |
||||||||
Ketua Umum |
: |
|
1. Menjalankan Organisasi
Sesuai AD/ART 2. Melakukan Komunikasi
Dengan Pengrus Harian 3. Melakukan Koordinasi
dan Konsultasi Dengan Kalapas dan BINADIK 4. Melakukan Hubungan
External 5. Menyampaikan Laporan
Kepada Kalapas Melalui Kasi Binadik |
|||||
Sekretaris Umum |
: |
|
1. Menerima Laporan Dari
Pengrus Harian 2. Melaksanakan Kegiatan
Administarsi External 3. Membuat Laporan
Kegiatan Oragnisasi 4. Menyampaikan Laporan
Kepas Ketua Umum |
|||||
Bendahara |
: |
|
1. Membuat Administarsi
Keuangan secara Umum 2. Melakukan Pencatatan
Keuangan External dan Internal 3. Menerima Laporan
Keuangan Dari Bendahara Harian 4. Menyampaikan Laporan
Keuangan Kepada Ketua Umum 5. Melakukan Transaksi
Ekternal (Pencatatan Bank, Peneriman dari Pihak Eksternal dan Melakukan
Pembayaran Kebtuhan External 6. Melakukan Pembayaran
dan kucuran dana kepada Pengrus Harian melalui Bendahara Harian dan diketahui
Ketua Umum. |
|||||
II. PENGURUS HARIAN
Tugas dan Fungsi |
||||||||
Ketua Harian |
: |
|
1. Menjalankan Organisasi
Bersifat Internal 2. Melakukan Koordinasi
dan Konsultasi Dengan Ketua Umum 3. Melakukan Pemantauan
Kegaiatan Bidang-Bidang 4. Menympaikan Laporan
Kegiatan Kepada Ketua Umum 5. Melakukan Rapat yang
dibutuhkan dalam Organisasi |
|||||
Sekretaris Harian |
: |
|
1. Melaksanakan
Admistarsi Organisi Yang Bersifat Internal 2. Menyiapakan
Administarsi Bidang-Bidang 3. Menerima Laporan Bidang-Bidang 4. Menyusun Laporan
Organisasi 5. Menyampaikan Laporan
Kepada Ketua Harian 6. Melakukan Konsultasi
Dan Koordinasi Dengan Sekretaris Umum 7. Memastikan Program
Kegiatan Bidang-Bidang Berjalan Sesuai Kalender Kerja Oragnisasi 8. Menyiapakn Agenda
Rapat Pengrus 9. Menyiapakn Agenda
Evaluasi Kegiatan |
|||||
Bendahara Harian |
: |
1.
Membuat Admisnistasi Keuangan Bersifat
Internal 2.
Mencatat Kebutuahan Dana Masing-Masing Bidang 3.
Melakukan Pembayaran Kebuthan Organasi 4.
Membuat Laporan Keuangan Kepada Ketua harian |
||||||
III.
BIDANG-BIDANG : ·
BIDANG PENDIDIKAN |
|
|||||||
Koordinator Anggota |
: |
|
1.
Membuat Agenda Kerja Jangka Pendek/Menengah
dan Jangka Panjang 2.
Membuat Jadwal Kegiatan 3.
Melaksanakan Program Kegiatan 4.
Membuat Daftar Kebutuhan Bidang Kegiatan 5.
Membuat Jadwal Pemateri/Instruktur 6.
Membuat Daftar Hadir Peserta 7.
Melakukan Koordinasi/Komonikasi dengan Bidang-
Bidang terkait 8.
Melakukan Konsultasi Dengan Pengurus harian 9.
Melakukan Evaluasi Pelaksanaan Program 10.
Membuat Laporan Bidang Kegiatan |
|||||
·
BIDANG DAKWAH |
|
|||||||
Koordinator |
: |
|
1.
Membuat Agenda Kerja Jangka Pendek/Menengah
dan Jangka Panjan 2.
Membuat Jadwal Kegiatan 3.
Melaksanakan Program Kegiatan 4.
Membuat Daftar Kebutuhan Bidang Kegiatan 5.
Membuat Jadwal Pemateri/Instruktur 6.
Membuat Daftar Hadir Peserta 7.
Melakukan Koordinasi/Komonikasi dengan Bidang-
Bidang terkait 8.
Melakukan Konsultasi Dengan Pengurus harian 9.
Melakukan Evaluasi Pelaksanaan Program 10.
Membuat Laporan Bidang Kegiatan |
|||||
Anggota |
: |
|
||||||
|
|
|||||||
|
|
|||||||
·
BIDANG IBADAH / MUAMALAH |
|
|||||||
Koordinator |
: |
|
1. Membuat Agenda Kerja
Jangka Pendek/Menengah dan Jangka Panjan 2. Membuat Jadwal
Kegiatan 3. Melaksanakan Program
Kegiatan 4. Membuat Daftar
Kebutuhan Bidang Kegiatan 5. Membuat Jadwal
Pemateri/Instruktur 6. Membuat Daftar Hadir
Peserta 7. Melakukan
Koordinasi/Komonikasi dengan Bidang- Bidang terkait 8. Melakukan Konsultasi
Dengan Pengurus Harian 9. Melakukan Evaluasi
Pelaksanaan Program 10. Membuat Laporan Bidang
Kegiatan |
|||||
Anggota |
: |
|
||||||
|
|
|||||||
·
BIDANG PERAYAAN HARI BESAR ISLAM (PHBI) |
|
|||||||
Koordinator |
: |
|
1. Membuat Agenda Kerja
Jangka Pendek/Menengah dan Jangka Panjan 2. Membuat Jadwal
Kegiatan 3. Melaksanakan Program
Kegiatan 4. Membuat Daftar
Kebutuhan Bidang Kegiatan 5. Membuat Jadwal
Pemateri/Instruktur 6. Membuat Daftar Hadir
Peserta 7. Melakukan
Koordinasi/Komonikasi dengan Bidang- Bidang terkait 8. Melakukan Konsultasi
Dengan Pengurus harian 9. Melakukan Evaluasi
Pelaksanaan Program 10. Membuat Laporan Bidang
Kegiatan |
|||||
Anggota |
: |
|
||||||
|
|
|||||||
|
|
|||||||
|
|
|||||||
·
BIDANG PERLENGKAPAN |
|
|||||||
Koordinator |
: |
|
1. Membuat Daftar
Kebutuhan Pengrus dan Bidang-Bidang 2. Membuat Daftar Inventaris
Organisasi 3. Menyiapkan
Perlengkapan Organisasi 4. Membeckup Pelaksanaan
Program Kegiatan 5. Melakukan daftar
Penilaian kelayakan Perlengkapan dan Peralatan 6. Melakukan
Koordinasi/Komonikasi dengan Bidang- Bidang terkait 7. Melakukan Konsultasi
Dengan Pengurus harian 8. Membuat Laporan
Inventaris |
|||||
Anggota |
: |
|
||||||
|
|
|||||||
|
|
|||||||
|
|
|||||||
|
|
|||||||
|
|
|
||||||
·
BIDANG KEIMAMAN DAN MUAZIN |
|
|||||||
Imam |
: |
|
1. Membuat Jadwal Imam/Khatib
Dan Muazin 2. Penugasan Imam Masjid
untuk membantu jadi imam di tiap-tiap blok hunian 3. Melaksanakan Kaderisasi
Imam/Khatib/Muazin 4. Mengevaluasi Keaktifan
Dan Kelayakan Imam/Khatib/Muazin 5. Membuat Daftar
Kebutuhan Bidang Kegiatan 6. Melakukan Daftar Penilaian
Kelayakan Perlengkapan Dan Peralatan 7. Membuat Daftar
Kebutuhan Bidang Kegiatan 8. Melakukan
Koordinasi/Komonikasi Dengan Bidang- Bidang Terkait 9. Melakukan Konsultasi
Dengan Pengurus Harian 10. Membuat Laporan Bidang
Kegiatan |
|||||
Muazin |
: |
|
||||||
C.
Administrasi Keuangan
1. Buku
Kas
No. |
Tgl. |
Uraian |
Ref. |
Debet |
Kredit |
Saldo |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
2. Bukti
Transaksi
a. Kwitansi
Pemasukan
b. Kwitansi
Pengeluaran
c. Nota
Belanja
d. Slip
Setoran Bank (Keluar Kas)
e. Slip
Penarikan Bank (Masuk Kas)
Bagian Lima
Penutup
A.
Simpulan
Setelah
ditetapkannya Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Gorontalo menjadi lapas “MASUK
NAPI KELUAR SANTRI” pada tahun 2016 yang diresmikan oleh Gubernur Gorontalo,
maka model atau pola pembinaan bagi Warga Binaan Pemasyarakatan Lapas Kelas IIA
Gorontalo diarahkan pada Pembinaan Membangun Kecerdasan Spiritual, Kecerdasan Emosional Dan
Kecerdasan Intelektual Dengan Menjadikan Tempat-Tempat Ibadah Sebagai Sentra
Awal Proses Kegiatan Menuju Integrasi Sosial Kemasyarakatan. Bagi Warga Binaan Pemasyarakatan Lapas
Kelas IIA Gorontalo yang Beragama Islam,
Pola Pembinaannya Adalah Dimulai Dari Masjid.
Berangkat dari hal-hal
itupula Pengurus Badan Ta’mirul Masjid At-Taubah yang notabene berasal dari
unsur pegawai lapas dan WBP terus melakukan inovasi program pembinaan keagamaan
yang pada umumnya bertujuan untuk menumbuhkan karakter dan budaya (Islamic
Religious Culture) dan pada
khususnya semua program yang dilaksanakan itu diharapkan mampu menumbuhkan
semangat dan kebiasaan WBP dalam beribadah sesuai sayriat islam.
Bagi
Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Gorontalo program-program yang telah
dilaksanakan mampu memberikan dampak positif terhadap kondisi keamanan dan
ketertiban yang aman dan terkendali.
B.
Saran
Buku
Panduan Pelaksanaan Program Kerja Pengurus
Badan Ta’mirul Masjid At-Taubah Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Gorontalo
Tahun 2019 adalah acuan dalam pelaksanaan program pembinaan keagamaan yang
dimulai dari masjid, kami menyadari bahwa dalam penuyusan program kegiatan
pembinaan ini masih banyak kekurangan dan hambatan dalam pelaksanaannya baik
yang bersifat materil dan non materil, untuk kedepanya segala kekurangan dan
hambatan itu dapat dikelola secara benar sehingga dapat menjadi potensi yang
baik dalam memaksimalkannya, namun dalam mewujudkannya kami membutuhkan
dukungan dari semua pihak baik internal lapas secara berjenjang dan dukungan
masyarakat Provinsi Gorontalo secara umum yang dapat dibangun melalui program
kemitraan, dan khusunya untuk pelaporan ini kami menyadari pula masih banyak
kekurangan dalam penyusunannya, sehingga arahan dan masukan yang konstruktif
sangat diharapkan.
Lampiran – Lampiran
A.
Rencana
Anggaran dan Biaya
NO. |
JENIS
KEGIATAN |
RENCANA |
|
I. |
BIDANG
PENDIDIKAN |
15,900,000 |
|
|
1. Baca Tulis Al-Qur’an |
|
|
|
a. Pembelajaran Iqra 1-6 |
|
|
|
(1) Iqra 1 (Pengenalan Huruf Hijaiyah
dengan membaca langsung hurufnya) |
|
|
|
(2) Iqra 2 (Merangkai huruf dengan huruf sesudahnya) |
|
|
|
(3) Iqra’ 3 (Menerapkan hukum Bacaan Mad
dan Bukan Mad). |
|
|
|
(4) Iqra’ 4 (Menerapkan hukum Bacaan Qolqolah) |
|
|
|
(5) Iqra 5 (Menerapkan hukum bacaan waqaf) |
|
|
|
(6) Iqra’ 6 (Membaca dengan benar sesuai Ilmu Tajwid) |
|
|
|
b. Tadarus Alqur’an |
|
|
|
c. Tilawah |
|
|
|
d. Wisuda Santri |
3,000,000
|
|
|
2. Pesanteren Kilat (Riyadha / Inabah TQN @
40 hari satu tahun 3 kali) |
12,900,000 |
|
|
3. Pembelajaran Tafsir
MetodeTamwiz |
|
|
|
4. Pembelajaran Bahasa Arab |
|
|
II. |
BIDANG DAKWAH |
54,780,000 |
|
|
1. Ceramah Agama |
|
|
|
a. Ceramah Agama Mingguan |
32,640,000 |
|
|
b. Kultum Ramadhan Jelang Buka Puasa |
|
|
|
c. Tabligh Akhir Tahun Masehi |
1,500,000
|
|
|
2. Diskusi / Kajian Islami (materi
ditentukan oleh pengurus Ta'mir) |
14,880,000 |
|
|
3. Kopi Lolaango
(Nonton Ceramah Via Youtube) |
5,760,000
|
|
III. |
IBADAH /
MUAMALAH |
75,500,000 |
|
|
1. Shalat Wajib
Berjamaah 5 Waktu |
|
|
|
a. di Masjid (Djuhur dan Ashar) |
|
|
|
b. di Blok Hunian (Magrib/Isya) |
|
|
|
c. di Kamar Hunian (Subuh) |
|
|
|
2. Shalat Jum’at
Berjamaah |
|
|
|
a. Shalat Jum’at Didalam Lapas |
|
|
|
b. Shalat Jum’at bersama anak yatim |
|
|
|
3. Ibadah Bulan Ramadhan |
|
|
|
a. Buka Puasa Bersama |
72,000,000 |
|
|
b. Shalat Tarawih Berjamaah |
|
|
|
c. Tadarus Alqur’an |
|
|
|
d. Nujulul Qur’an |
|
|
|
e.
I’tikaf 10 Hari Terakhir Ramdahan |
|
|
|
f. Khatam Raya |
|
|
|
4. Pengumpulan dan
Pembagian Zakat Fitrah |
|
|
|
5. Yasinan |
|
|
|
6. Kaderisasi
Imam/Khatib/Mua'jin |
3,500,000
|
|
|
7. Menghidupkan Amalan Sunnah |
|
|
|
1) Puasa Senin/Kamis |
56,000,000 |
|
|
2) Puasa Syawal |
3,500,000 |
|
|
3) Puasa Muharam |
7,000,000
|
|
|
4) Puasa Bulan Dzulhijah |
8,400,000 |
|
|
5) Sholat-Sholat Sunnah |
|
|
IV. |
BIDANG Perayaan Hari Besar Islam (PHBI) |
102,400,000 |
|
|
1. Idulfitri |
|
|
|
Shalat Id |
2,000,000 |
|
|
Halal Bi Halal |
|
|
|
2. Shalat Idul Adha |
|
|
|
Shalat Id |
2,000,000
|
|
|
Penyembilihan Hewan Qurban |
51,250,000 |
|
|
3. Zikir Bersama |
|
|
|
4. Maulid Nabi Muhammad SAW (Nasional /
Tradisional) |
41,700,000 |
|
|
5. Isra dan
Mi'raj Nabi Muhammad SAW (Nasional Tradisional) |
5,450,000
|
|
|
6. Nifsu Sya'ban (Ceramah Agama) |
|
|
|
7. Peringatan Hari
Santri Nasioanl |
|
|
IV. |
BIDANG UMUM DAN PRELENGKAPAN |
52,993,000 |
|
JUMLAH................. |
301,573,000 |
B.
Jadwal Riadha
Toriqat Qodiriyah Wanaksabandiyah
WAKTU
PELAKSANAAN SHOLAT DI SESUIKAN DENGAN PEREDARAN WAKTU YANG TELAH DITENTUKAN
PEMERINTAH |
|||||||||
JAM |
IBADAH
/ AMALIAH |
SENIN |
SELASA |
RABU |
KAMIS |
JUM’AT |
SABTU |
AHAD |
|
01.00-02.00 |
PERSIAPAN |
MASING-MASING |
MASING-MASING |
MASING-MASING |
MASING-MASING |
MASING-MASING |
MASING-MASING |
MASING-MASING |
|
(BANGUN TIDUR, MANDI/BERSUCI) |
|||||||||
02.00-02.15 |
PEMBUKAAN KAMAR |
PENJAGAAN |
PENJAGAAN |
PENJAGAAN |
PENJAGAAN |
PENJAGAAN |
PENJAGAAN |
PENJAGAAN |
|
02.15- 02.30 |
TAHIYATUL MASJID |
MASING-MASING |
MASING-MASING |
MASING-MASING |
MASING-MASING |
MASING-MASING |
MASING-MASING |
MASING-MASING |
|
02.30-03.45 |
SHOLAT SUNNAH SYUKUR WUDHU (2 RAKAAT) |
BERJAMAAH |
BERJAMAAH |
BERJAMAAH |
BERJAMAAH |
BERJAMAAH |
BERJAMAAH |
BERJAMAAH |
|
SHOLAT SUNNAH TAUBAT (2 RAKAAT) |
BERJAMAAH |
BERJAMAAH |
BERJAMAAH |
BERJAMAAH |
BERJAMAAH |
BERJAMAAH |
BERJAMAAH |
||
SHOLAT SUNNAH TAHAJUD (12 RAKAAT 6X
SALAM) |
BERJAMAAH |
BERJAMAAH |
BERJAMAAH |
BERJAMAAH |
BERJAMAAH |
BERJAMAAH |
BERJAMAAH |
||
SHOLAT SUNNAH TASBIH (8 RAKAAT 4X
SALAM) |
BERJAMAAH |
BERJAMAAH |
BERJAMAAH |
BERJAMAAH |
BERJAMAAH |
BERJAMAAH |
BERJAMAAH |
||
SHOLAT SUNNAH WITIR (11 RAKAAT 5XSALAM
+ 1 KALI SALAM) |
BERJAMAAH |
BERJAMAAH |
BERJAMAAH |
BERJAMAAH |
BERJAMAAH |
BERJAMAAH |
BERJAMAAH |
||
03.45-03.55 |
ZIKIR JAHAR 165X |
BERJAMAAH |
BERJAMAAH |
BERJAMAAH |
BERJAMAAH |
BERJAMAAH |
BERJAMAAH |
BERJAMAAH |
|
ZIKIR KHOFI |
|||||||||
03.55-04.16 |
ISTRAHAT |
SAHUR |
|
|
SAHUR |
|
|
|
|
04.16-05.35 |
SHALAT SUNNAH QABLIYAH SUBUH |
BERJAMAAH |
BERJAMAAH |
BERJAMAAH |
BERJAMAAH |
BERJAMAAH |
BERJAMAAH |
BERJAMAAH |
|
SHALAT SUNNAH LIDHAF’IL BALA’I |
|||||||||
SHALAT SUBUH |
|||||||||
ZIKIR JAHAR 165X |
|||||||||
ZIKIR KHOFI |
|||||||||
05.36-05.60 |
SHALAT SUNNAH ISRAQ 2 RAKAAT |
BERJAMAAH |
BERJAMAAH |
BERJAMAAH |
BERJAMAAH |
BERJAMAAH |
BERJAMAAH |
BERJAMAAH |
|
SHALAT SUNNAH ISTI’ADAH 2 RAKAAT |
|||||||||
SHALAT SUNNAH ISTIKHARAH 2 RAKAAT |
|||||||||
06.00-06.30 |
SHALAT SUNNAH DHUHA 8 RAKAAT 4X SALAM |
BERJAMAAH |
BERJAMAAH |
BERJAMAAH |
BERJAMAAH |
BERJAMAAH |
BERJAMAAH |
BERJAMAAH |
|
SHALAT SUNNAH KIFARATIL BAOLI 2 RAKAAT |
|||||||||
06.30-06.45 |
DHOA PENUTUP (RABBI YASIRLANA) |
BERJAMAAH |
BERJAMAAH |
BERJAMAAH |
BERJAMAAH |
BERJAMAAH |
BERJAMAAH |
BERJAMAAH |
|
06.45-11.30 |
ISTRAHAT |
|
|
|
|
|
|
|
|
11.30-11.42 |
SHALAT SUNNAH TAHYATUL MASJID |
MASING-MASING |
MASING-MASING |
MASING-MASING |
MASING-MASING |
MASING-MASING |
MASING-MASING |
MASING-MASING |
|
SHALAT SUNNAH SYUKUR WUDHU |
|||||||||
11.42-11.47- |
SHALAT SUNNAH QABLIYAH DJUHUR |
MASING-MASING |
MASING-MASING |
MASING-MASING |
MASING-MASING |
QABLIYAH
JUM'AT |
MASING-MASING |
MASING-MASING |
|
11.47-12.30 |
SHALAT DJUHUR |
BERJAMAAH |
BERJAMAAH |
BERJAMAAH |
BERJAMAAH |
KHUTBAH/ |
BERJAMAAH |
BERJAMAAH |
|
12.05-12.10 |
WIRID DAN DO’A SETELAH SAHALAT (UMUM) |
MASING-MASING |
MASING-MASING |
MASING-MASING |
MASING-MASING |
BA'DIYAH
JUM'AT |
MASING-MASING |
MASING-MASING |
|
SHALAT SUNNAH BADIYAH DJUHUR |
|||||||||
12.10-12.30 |
ZIKIR JAHAR 165X |
BERJAMAAH |
BERJAMAAH |
BERJAMAAH |
BERJAMAAH |
BERJAMAAH |
BERJAMAAH |
BERJAMAAH |
|
ZIKIR KHOFI |
|||||||||
12.30 |
DHOA PENUTUP (RABBI YASIRLANA) |
BERJAMAAH |
BERJAMAAH |
BERJAMAAH |
BERJAMAAH |
BERJAMAAH |
BERJAMAAH |
BERJAMAAH |
|
12.32-15.00 |
ISTRAHAT |
|
|
|
|
|
|
|
|
15.00-15.15 |
SHALAT SUNNAH TAHYATUL MASJID |
MASING-MASING |
MASING-MASING |
MASING-MASING |
MASING-MASING |
MASING-MASING |
MASING-MASING |
MASING-MASING |
|
SHALAT SUNNAH SYUKUR WUDHU |
|||||||||
15.12-15.15- |
SHALAT SUNNAH QABLIYAH ASHAR |
MASING-MASING |
MASING-MASING |
MASING-MASING |
MASING-MASING |
MASING-MASING |
MASING-MASING |
MASING-MASING |
|
15.15- |
SHALAT ASHAR |
BERJAMAAH |
BERJAMAAH |
BERJAMAAH |
BERJAMAAH |
BERJAMAAH |
BERJAMAAH |
BERJAMAAH |
|
15.20 |
|||||||||
15.20-15.25 |
WIRID DAN DO’A SETELAH SAHALAT (UMUM) |
MASING-MASING |
MASING-MASING |
MASING-MASING |
MASING-MASING |
MASING-MASING |
MASING-MASING |
MASING-MASING |
|
15.25-15.30 |
ZIKIR JAHAR 165X |
BERJAMAAH |
BERJAMAAH |
BERJAMAAH |
BERJAMAAH |
BERJAMAAH |
BERJAMAAH |
BERJAMAAH |
|
ZIKIR KHOFI |
|||||||||
15.30- |
DHOA PENUTUP (RABBI YASIRLANA) |
BERJAMAAH |
BERJAMAAH |
BERJAMAAH |
|
BERJAMAAH |
BERJAMAAH |
BERJAMAAH |
|
15.30- |
CERAMAH AGAMA |
|
|
|
CERAMAH |
|
|
|
|
17.30-17.55 |
SHALAT SUNNAH TAHYATUL MASJID |
MASING-MASING |
MASING-MASING |
MASING-MASING |
MASING-MASING |
MASING-MASING |
MASING-MASING |
MASING-MASING |
|
SHALAT SUNNAH SYUKUR WUDHU |
|||||||||
SHALAT QABLIYAH MAGRIB |
|||||||||
17.55 |
BUKA PUASA |
BUKA
PUASA BERSAMA |
|
|
BUKA
PUASA BERSAMA |
|
|
|
|
17.55-18.10 |
SHALAT MAGRIB |
BERJAMAAH |
BERJAMAAH |
BERJAMAAH |
BERJAMAAH |
BERJAMAAH |
BERJAMAAH |
BERJAMAAH |
|
18.10-18.30 |
WIRID DAN DO’A SETELAH SAHALAT (UMUM) |
BERJAMAAH/ |
|
|
BERJAMAAH/ |
|
|
|
|
MASING-MASING |
|
|
MASING-MASING |
|
|
|
|||
ZIKIR JAHAR 165X |
BERJAMAAH |
BERJAMAAH |
BERJAMAAH |
BERJAMAAH |
BERJAMAAH |
BERJAMAAH |
BERJAMAAH |
||
ZIKIR KHOFI |
|
||||||||
SHALAT SUNNAH BADIYAH MAGRIB |
MASING-MASING |
BERJAMAAH |
BERJAMAAH |
MASING-MASING |
BERJAMAAH |
BERJAMAAH |
BERJAMAAH |
||
18.30-19.00 |
SHALAT SUNNAH AWABIN 4 RAKAAT |
BERJAMAAH |
BERJAMAAH |
BERJAMAAH |
BERJAMAAH |
BERJAMAAH |
BERJAMAAH |
BERJAMAAH |
|
SHALAT SUNNAH LISYUKRI IMAN 2 RAKAAT |
|
|
|
|
|
|
|
||
19.00-19.10 |
SHALAT SUNNAH QABLIYAH ISYA 2 RAKAAT |
BERJAMAAH |
BERJAMAAH |
BERJAMAAH |
BERJAMAAH |
BERJAMAAH |
BERJAMAAH |
BERJAMAAH |
|
19.10-19.20 |
SHALAT ISYA |
BERJAMAAH |
BERJAMAAH |
BERJAMAAH |
BERJAMAAH |
BERJAMAAH |
BERJAMAAH |
BERJAMAAH |
|
19.20-19.25 |
SHALAT SUNNAH BA’DIYAH ISYA |
BERJAMAAH |
BERJAMAAH |
BERJAMAAH |
BERJAMAAH |
BERJAMAAH |
BERJAMAAH |
BERJAMAAH |
|
19.25-19.40 |
ZIKIR JAHAR 165X |
BERJAMAAH |
BERJAMAAH |
BERJAMAAH |
BERJAMAAH |
BERJAMAAH |
BERJAMAAH |
BERJAMAAH |
|
ZIKIR KHOFI |
|||||||||
DHOA PENUTUP (RABBI YASIRLANA) |
|||||||||
METODE : |
|||||||||
1 |
REKRUTMEN PESERTA OLEH
TA'MIRUL MASJIA |
||||||||
2 |
VALIDASI PESERTA OLEH
REGU PENJAGAAN DAN STAF BIMASWAT SERTA DI USULKAN KEPADA KASIBINADIK DAN KPLP
KEMUDIAN DILANJUTKAN KE SIDANG TPP |
||||||||
3 |
PENGAJUAN REKOMENDASI
TPP KEPADA KALAPAS |
||||||||
4 |
SK KALAPAS |
||||||||
5 |
PESERTA DI BUKA DARI
KAMAR MASING-MASING JAM 02.00 OLEH PETUGAS PENJAGAAN |
||||||||
6 |
AMALIAH DILAKSANAKAN
TEPAT JAM 02.30 |
||||||||
7 |
SELURUH IKHWAN
MEMAHAMI, MELAKSANAAN SELURUH AMALIAH DIPIMPIN OLEH IMAM JAMA'AH |
||||||||
8 |
MEMATUHI/MELAKSANAKAN
ADAB-ADAB MASJID |
||||||||
9 |
SAAT KEGIATAN MALAM
HARI JAM 02.00 S.D SELSAI SELURUH IKHWAN LANGSUNG MASUK MASJID SEGERA
MELAKSANAKAN AMALIAH SESUAI JADWAL DAN PANDUAN DAN TIDAK BERADA DI TANGGA
MASJID SERTA TIDAK BERKELIARAN DILUAR MASJID |
||||||||
10 |
SAMBIL MENUNGGU
AMALIAH BERJAMAAH SEBAIKNYA DI ISI DENGAN KEGIATAN AMALIAH-AMLIAH SESUAI
PANDUAN DAN ATAU AMLIA LAINYA SESUAI SYARIAT ISLAM |
||||||||
11 |
BAGI JAMAAH YANG TIDAK
MAMPU MENERUSKAN AMALIAH SUNNAH SESUI JUMLAH RAKAAT MAKA TIDAK MEINGGALKAN
SHAF ATAU TETAP BERADA DI TEMPAT DALAM KEADAAN DUDUK DAN MELANJUTKAN ZIKIR
KHOFI (TAWAJU' SEBANYAK-BANYAKNYA) KECUALI DALAM KEADAAN DARURAT (WUDHU
BATAL) MAKA SEGERA BERSUCI DAN KEMBALI BERJAMAAH MELAJUTKAN AMALIAH BERJAMAAH |
||||||||
12 |
SHALAT-SHALAT SUNNAH
KHUSUSNYA SHALAT SUNNAH RAWATIB DILAKSANAKAN BERJAMAAH SELAMA 40 HARI RIYADHO |
||||||||
13 |
SELAMA MENGIKUTI
PROGRAM RIADHA SETIAP MALAM, PESERTA TIDAK DIBOLEHKAN MENINGGAL MASJID |
||||||||
14 |
PESERTA DALAM
PENGAWASAN REGU PENJAGAAN |
||||||||
15 |
MENGISI DAFTAR HADIR |
C.
Jadwal dan Tema Ceramah Mingguan
NO |
TANGGAL |
TEMA / PERISTIWA |
PENECERAMAH |
1 |
09 Januari 2020 |
(Tazdidun Niyat) Memperbaharui Niat Hidup) |
Husni Idrus Lc., M.Si. |
2 |
16 Januari 2020 |
Istiqomah Dengan Islam (Akmal Fauzi) |
Dr. Munkizul Umam |
3 |
23 Januari 2020 |
Pentingnya Pendidikan tauhid dan Akhlak |
H. Saifuddin Mateka, S.Ag. |
4 |
30 Januari 2020 |
Kriteria Orang yang Celaka |
H. Haris Hako |
5 |
06 Februari 2020 |
Konsep Renda Hati dalam Al-Quran dan Hadis |
Dr. Sofyan AP. Kau |
6 |
13 Februari 2020 |
Mengapa Anda Memilih Islam? |
H. Yowan Anwar, S.Pd.I., M.Pd. |
7 |
20 Februari 2020 |
Rambu-Rambu Islam terhadap Muslim yang Mengaku
Modern |
Sarifudin Mahmud |
8 |
27 Februari 2020 |
Bahaya Perilaku Dengki (hasad) |
Yusuf Lauma |
9 |
05 Maret 2020 |
Sifat Mulia Para Rasul Allah SWT |
Kholid Bin Walid |
10 |
12 Maret 2020 |
Menumbuhkan Sifat Qona’ah dalam Kehidupan |
Abdullah Daud |
11 |
19 Maret 2020 |
Iman dan Berperilaku Bersih dalam Kehidupan
Sehari-hari |
Ahmad Mulane, S.Ag. |
12 |
23 Maret 2020 |
PERINGATAN ISRA MI'RAJ |
Azis Ali |
13 |
02 April 2020 |
Ilmu adalah Pemimpin Amalan |
Atmal |
14 |
09 April 2020 |
Pentingnya Mempelajari Ilmu Islami |
Rionaldi Do'e |
15 |
16 April 2020 |
NISFU SYA'BAN |
Surahmin Alinti |
16 |
23 April 2020 |
HALAL BI HALAL JELANG RAMDAHAN |
|
17 |
30 April 2020 |
SELAMA |
|
18 |
07 Mei 2020 |
|
|
19 |
14 Mei 2020 |
|
|
20 |
21 Mei 2020 |
|
|
21 |
28 Mei 2020 |
|
|
22 |
04 Juni 2020 |
HALAL BI HALAL SYAWAL |
ABDUL MUIN MOODUTO |
23 |
11 Juni 2020 |
Tata Cara Menghadirkan Kekhusyuan dalam Sholat |
HAMDAN ZAIN, S.FIL |
24 |
18 Juni 2020 |
Bersabar Atas Ujian yang diberikan Allah SWT |
ABDUL GHOFIR NAWAWI |
25 |
25 Juni 2020 |
Muhasabah atas nilai-nilai penghambaan |
Dr. BURHANUDIN UMAR |
26 |
02 Juli 2020 |
Membangun Kemuliaan Umat |
NAZARUDIN LADANU |
27 |
09 Juli 2020 |
Hikmah dibalik Proses Hijrah |
ARNOL YUNUS |
28 |
16 Juli 2020 |
Menggali potensi diri dalam meningkatkan
totalitas ibadah |
RUSDIYANTO AHMAD |
29 |
23 Juli 2020 |
Pentingnya berdzikir dan berfikir |
YASIR HASAN |
30 |
30 Juli 2020 |
WUKUF DI ARAFAH |
DARWIN MAGA |
31 |
06 Agustus 2020 |
MoU Manusia dengan Tuhan |
RINO HUSAIN |
32 |
13 Agustus 2020 |
Menyingkap tafsir surat al-Fath ayat 1-5 |
KARIM UMAR |
33 |
20 Agustus 2020 |
TAHUN BARU ISLAM (Dzikir & Tafakur
Muharram) |
SAFRIN JAUHARI |
34 |
27 Agustus 2020 |
Berbisnis dengan Allah |
AHMAD ZAINURI |
35 |
03 September 2020 |
Meningkatkan kualitas ilmu dan amal |
FAISAL ALI YAPI |
36 |
10 September 2020 |
Konsep Zuhud |
ANDRIES KANGO |
37 |
17 September 2020 |
Tangga-tangga orang yang istiqomah menempuh
jalan Allah |
IKSAN HAKIM |
38 |
24 September 2020 |
Kebahagiaan yang abadi |
MOHAMMAD BAKARI, S.Ag. |
39 |
01 Oktober 2020 |
|
YAHYA SALILAMA |
40 |
08 Oktober 2020 |
|
SUKARNO TAHIR |
41 |
15 Oktober 2020 |
|
Husni Idrus Lc., M.Si. |
42 |
22 Oktober 2020 |
Menggali potensi spiritual menuju trasformasi
sosial |
Dr. Munkizul Umam |
43 |
29 Oktober 2020 |
MAULID NABI MUHAMMAD SAW |
H. Saifuddin Mateka, S.Ag. |
44 |
05 November 2020 |
Peranan Rosul di tengah kehidupan manusia |
H. Haris Hako |
45 |
12 November 2020 |
|
Dr. Sofyan AP. Kau |
46 |
19 November 2020 |
|
H. Yowan Anwar, S.Pd.I., M.Pd. |
47 |
26 November 2020 |
|
Sarifudin Mahmud |
48 |
03 Desember 2020 |
|
Yusuf Lauma |
49 |
10 Desember 2020 |
|
Kholid Bin Walid |
50 |
17 Desember 2020 |
|
Abdullah Daud |
51 |
24 Desember 2020 |
|
Ahmad Mulane, S.Ag. |
52 |
31 Desember 2020 |
Dzikir & Tafakur Akhir Tahun Miladiyah |
Azis Ali |
[1]Lihat www.dephumkam.go.id di akses pada
tanggal 29 Desember 2018.
[2]
Undang-Undang nomor 12 Tahun
1995 tentang Pemasyarakatan
[3] Dr. H.
Luneto Buhari, M.Pd, Rusdedy, A.Md. IP, SH, M.Si., Model Pembinaan NARAPIDANA
Melalui Pendekatan
“AGAMA” (Pustaka
Perlajar, 2015) bag.4 hal. 106-114
[4] Setiawan Kosasih, Peran Komisi
Penyiaran Indonesia (LSF) Jateng Terhadap Siaran Di Televisi Nasional Dalam
Perspektif Dakwah, Skripsi Fakultas Dakwah IAIN Walisongo Semarang, 2009,
h. 1
[5] Awaluddin Pimay, Paradigma Dakwah
Humanis-Strategi dan Metode Dakwah Prof. KH. Saifudin Zuhri. (Semarang:
RaSAIL, 2005), h. 1
[6] Ahmad bin Hanbal, Musnad Ahmad bin
Hanbal, Juz 2, h. 381
[7] Ibid, h. 36
[8] Ibid., h. 36
[9] Awaludin Pimay, Paradigma Dakwah
Humanis-Strategi dan Metode Dakwah Prof. KH. Saifudin Zuhri, (Semarang:
RaSAIL, 2005), h. 30
[10] Fakhrurrazi, Skripsi Ativitas Dakwah
Hasan al-Bana (Analisis Metode dan Media Dakwah). (Semarang: Fakultas
Dakwah IAIN Walisongo Semarang, 2009), h. 14
[11] Awaludin Pimay, Paradigma Dakwah
Humanis-Strategi dan Metode Dakwah Prof. KH. Saifudin Zuhri, (Semarang:
RaSAIL, 2005), h. 30-31
[12] Ibid, h. 33
[13] Huruf mim pada ayat di atas
mengandung arti yang menerangkan (li al-bayan) dan tidak mengandung arti
sebagian (li al-tab’idh), lihat Abdul Karim Zaidan, Dasar-Dasar
Dakwah (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1980), h. 9.
[14] Jum’ah Amîn Abdul Azis, ad-Dakwah,
Qawâid wa Ushûl (Iskandaria: Dâr al-Da’wah, 1417 H/1997 M), h. 33
[15] Izzuddin bin Abdi al-Salâm, Al Imâm
fi Bayâni Adillati al-Ahkam Syaikh (Beirut: Dâral Basyâiril Islamiyah,
1987), h. 87.
[16] Amin Ahsan al-Ishlahi, Minhâj
al-Dakwah ilâ Allah diterjemahkan oleh Mudzakkir AS dan Mulyana Syarief AS
dengan judul Metode Dakwah Menuju Jalan Allah (Jakarta: Litera
Antarnusa, 1985), h.22
[17] Lihat, Harun Nasution, Teologi Islam
Aliran-Aliran Sejarah Analisa perbandingan (Jakarta: UI Press, 1986), h.
82. Lihat juga Ahmad Amin, Dhuha al-Islam (Bairut Libanon: Dâr-al Kitaby
al-Araby, t.th), h. 103.
[18] M. Quraish Shihab, Membumikan
Al-Qur’an Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan Masyarakat (Bandung:
Mizan, 1994), h. 286.
[19] Syekh Ali Mahfûdz, Hidayat
al-Mursyidîn ila Thurûq al-Wa’zi wa al-Khitâbah (Beirut: Dâr al-Ma’rif,
1952), h. 18-19
[20] Justru kejahatan yang dilakukan oleh
mereka yang memiliki tingkat pendidikan dan pengetahuan lebih maju, memilki
dampak yang sangat besar terhadap kehidupan umat manusia. Berbeda dengan mereka
yang bodoh atau memiliki pendidikan rendah maka kejahatannya justru tidak
memiliki dampak yang sangat besar. Sebagai contoh korupsi yang banyak terjadi
justru dilakukan oleh mereka yang memiliki tingkat pendidikan tinggi. Akibat
perbuatannya itu ribuan bahkan jutaan rakyat yang menderita.
[21] Ismail Ibn Katsir, Tafsir al-Qur`ân
al-‘Azim,(Bairut: Dâr al Ihyâ al-Turas al-‘Arabi, 1969), juz 1, h. 390